18 Mei 2011

[Arjuna] Sahabat Selamanya

Wah, teman-teman Arjuna mendapat kiriman istimewa dari sahabat pena di SDN 33 Bututala-Majene, Sulawesi! 


Keren ya.. semoga persahabatan ini bisa terus terjaga yaa :)

04 Mei 2011

[serial kenapa] Kenapa di Rumah Belajar Semi Palar tidak banyak mainan (jadi)?

Bagi yang pernah mampir ke Rumah Belajar Semi Palar ada pemandangan yang tidak biasa untuk sebuah sekolah apalagi ada jenjang TK dan PG di dalamnya. Di sana tidak banyak mainan (alat-alat permainan jadi) seperti ayunan, perosotan dan sejenisnya. Kenapa ya?

Bagi yang sering berada di Rumah Belajar Semi Palar dan mengamati anak-anak bermain, ada pemandangan yang lain juga, bahwa anak-anak di Semi Palar sepertinya tidak pernah berhenti bermain. Lho kok bisa? Kesimpulan sederhananya, bermain dan mainan sebetulnya tidak selalu berhubungan. Anak-anak yang bisa bermain tanpa mainan (fasilitas / alat bermain) – sebenarnya punya kemampuan hebat. Karena hampir bisa dipastikan, kreatifitas, imajinasi, kemampuan eksplorasi dan sosialisasi mereka distimulasi untuk berkembang dengan baik. Benda-benda apapun yang ada di sekitarnya bisa menjadi media bermain buat mereka. Mereka bermain dengan daun, ranting, kerikil, tanah, pasir, bahkan bercanda dengan angin. Mereka bisa mengimajinasikan benda apapun, suasana apapun seluas imajinasi mereka menjelajahinya. Ini, sebetulnya adalah kemampuan bermain yang luar biasa… dan tidak terbatas.

Mainan, pada umumnya mendefinisikan sesuatu secara jelas. Mobil-mobilan ya mobil-mobilan, senjata ya senjata. Instan dan serba terbatas. Mainan yang terbaik pada akhirnya adalah mainan yang generik – dalam pengertian media tersebut bisa dijadikan apapun juga dan berevolusi sesuai imajinasi dan kreatifitas anak. Kalau harus bicara mainan, dari sudut pandang ini mainan konstruksi adalah mainan yang paling baik karena memberikan ruang eksplorasi yang tidak terbatas sejalan dengan berkembangnya kemampuan anak mengkreasikan-nya menjadi sesuatu.

Di Semi Palar sejak tahun pertama, apa yang kami tempatkan di sekolah adalah ban-ban bekas dan beberapa balok kayu. Sampai saat ini di tahun ke enam, ban-ban bekas tersebut terus berubah wujud sebagaimana anak-anak di Semi Palar mengimajinasikannya. Hari ini bisa menjadi benteng, besok menjadi mobil-mobilan, lusa menjadi kereta api, minggu depan menjadi kapal begitu seterusnya. Ban-ban bekas tersebut seakan jadi teman bermain yang siap diajak bermain apapun juga…

Tanpa mainan yang sudah jadi dan siap pakai, anak-anak di Semi Palar terus dipacu untuk memunculkan kreatifitas dan juga kemampuan mereka bersosialisasi. Di Semi Palar, permainan yang dulu sering kita orangtua mainkan sewaktu kecil, seperti petak umpet, benteng-bentengan, sondah, ucing kup muncul kembali, ditambah berbagai inovasi baru hasil olahan mereka yang sangat orisinil.

Bukankah pada akhirnya, hal itu yang penting, proses bermainnya, bukan fasilitas atau media bermainnya…



~ Without this playing with fantasy no creative work has ever yet come to birth. 
The debt we owe to the play of the imagination is incalculable. ~
Carl Jung

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails